Rumah Tahfidz “Cinta Qur’an” : Pesantren yang Menyatu dengan Masyarakat

Rumah Tahfidz4681 Dilihat

Mengapa Disebut Pesantren?

Para santri Rumah Tahfidz “Cinta Qur’an”, di samping menghafal Qur’an, yang dibimbing Ustadz Muhammad Sibawih, juga mengaji kitab kuning, seperti Safinatun Najah, Mabadi’ Fiqih, Bulughul Maram, Khulashoh Nurul Yaqin, Aqidatul Awam, Jurumiyah, Amtsilah Tashrifiyah, Arba’in Nawawi, dll., yang dibimbing Ustadz Alwi Fuadi.

Santri Rumah Tahfidz sedang simaan hafalan Qur’an di bawah bimbingan Ust. Sibawih.

Menghafal al-Qur’an, yang merupakan kitab suci, pedoman hidup, dan sumber utama segala rujukan dalam Islam, tentu saja sangat penting bagi para santri di masa depan. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi semoga juga bermanfaat bagi keluarga dan umat. Demikian juga mengaji kitab kuning, tentu sangat penting bagi para santri agar bisa memahami dasar-dasar keilmuan sekaligus khazanah Islam, yang selama ini menjadi konsen dan tradisi ilmiah para ulama.

Santri Rumah Tahfidz sedang mengaji kitab kuning bersama Ust. Alwi.

Menyatu dengan Masyarakat

Rumah Tahfidz “Cinta Qur’an” berada di tengah-tengah masyarakat. Artinya, tidak menempati sebuah bangunan yang dipagar keliling dan di depannya ada gerbang. Rumah Tahfidz “Cinta Qur’an” menempati rumah yang bertetangga dengan rumah-rumah lainnya di kompleks Perumahan Purwomartani Baru, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Untuk saat ini, ada tiga buah rumah yang ditempati, yakni dua rumah di RT.14 dan satu rumah di RT.09, yang berada di wilayah RW.03.

Ust. Muhaimin sedang menyampaikan hikmah syawalan bersama warga RT.14 di Resto Jawa Bale Reren Selomartani.
Ust. Sibawih (duduk paling kanan) bersama santri Rumah Tahfidz di acara syawalan warga RT.14.

Keberadaan santri yang menyatu dengan masyarakat seperti ini menjadikan santri terus-menerus belajar berkehidupan secara langsung di tengah masyarakat. Hal ini penting agar para santri kelak bila telah selesai studinya tidak canggung terjun ke masyarakat. Sering kali masyarakat mengundang para santri untuk acara keluarga, seperti doa bersama, atau kegiatan lain. Demikian pula kegiatan di masjid, santri sudah terbiasa untuk adzan sebelum shalat fardhu maupun kegiatan-kegiatan harian dalam rangka memakmurkan Masjid Al-Muhtadin yang berada di Perumahan Purwomartani Baru.

Interaksi setiap hari para santri dengan masyarakat menjadikan santri banyak belajar tentang kehidupan bermasyarakat. Demikian pula masyarakat juga merasakan dampak positif dengan adanya para santri. Bapak Bambang Agung Jatmiko, Ketua Yayasan Cinta Qur’an, menyampaikan bahwa para santri telah menginspirasi anak-anak di perumahan yang tadinya belum mengetahui bahwa menjadi santri itu seperti apa, akhirnya beberapa anak ditanya oleh Pak Bambang dan jawabnya mereka ingin mondok di pesantren. Ini karena anak-anak di perumahan setiap hari bergaul dengan para santri.

Saling memaafkan agar hubungan dengan sesama diliputi rahmat Allah Swt.

Menerima Santri Putra

Untuk saat ini, Rumah Tahfidz “Cinta Qur’an” baru menerima santri putra. Syaratnya, usia lulus SD dan berkeinginan kuat untuk menjadi penghafal Qur’an. Sambil mondok, para santri juga sekolah formal di MTs Raudhatul Muttaqien Dukuhsari, MTs Darussalam Tempelsari, MTs Technonatura Yogyakarta, dan MAN 2 Sleman yang berada di Maguwoharjo. Bagi Bapak/Ibu yang ingin putranya mondok di Rumah Tahfidz “Cinta Qur’an”, bisa menghubungi WA 0857-1207-5009 (Ust. Muhaimin), 0895-3595-55002 (Ust. Sibawih), 0895-3632-79588 (Ust. Alwi), dan 0812-2527-3540 (Sekretariat). Terima kasih. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *